Cara Melatih Pemain Di Top Eleven
Pemain Inggris Lebih Suka Main Di Negerinya Sendiri
Dari faktor “Homegrown Player, sebenarnya kita bisa melihat dampak lain yang menyertai, kenapa pemain Inggris itu harganya cenderung mahal. Kita lihat pada sisi kebetahan beberapa pemain Inggris bermain di liga negaranya sendiri. Bahkan kalau dilihat dari skuad timnas Inggris sekarang, mayoritas diisi oleh para pemain yang bermain di Liga Inggris.
Menengok Liga Inggris sendiri, kini notabene tak dipungkiri banyak dijajah para pemain top luar Inggris. Maka dari itu, preferensi dan status eksklusif para pemain Inggris terutama yang main di timnas sangat menjadi rebutan dan harganya pasti menjulang tinggi.
Pemain Inggris ini juga bisa dibilang terlalu betah bermain di negara sendiri. Faktanya, ada banyak pemain Inggris yang mencoba peruntungan di luar tanah Britania dan malah berujung flop. Ambil contoh, Michael Owen saat pindah ke Real Madrid.
Meskipun begitu, di era sekarang ini banyak juga yang bisa dikatakan berhasil, seperti Tomori, Smalling, Young, maupun Tammy Abraham yang merantau di Serie A. Itupun semua juga pemain reject dari Liga Inggris. Ditambah kualitas Serie A yang tentu saja berbeda dengan Liga Inggris.
Di Jerman pun dulu ada pemain seperti Owen Hargreaves, Jadon Sancho, maupun kini Jude Bellingham. Bahkan sekarang Bellingham dibandrol dengan harga yang tak masuk akal hingga ratusan juta pounds.
Ada yang menarik jika sepakbola dihubungkan dengan geografi. Terutama untuk mengetahui peta persebaran beberapa pemain dari belahan dunia. Di liga-liga top Eropa tentu banyak tersebar talenta-talenta terbaik sepakbola dari segala penjuru dunia.
Yang sering jadi pertanyaan, dari beberapa liga top Eropa seperti Premier League, Serie A, La Liga, Bundesliga, maupun Ligue 1, siapa sih negara yang paling banyak menyumbang pemain? Mari kita cari tahu jawabanya.
Dimulai dari liga terpopuler nomor satu di dunia, Premier League. Usai rebranding sejak 1992, Liga Inggris tumbuh sebagai liga terkompetitif dan jadi liga terbaik di dunia hingga sekarang. Deretan pemain top dunia hampir ada di setiap klub.
Namun apa kabar dengan pertumbuhan pemain asli Inggris di Premier League? Ya, hal itu mengalami penurunan sejak saat itu. Bahkan hingga tahun 2015, ketika sempat ditekan dengan kebijakan dari FA.
Ketika itu FA di bawah ketua Greg Dyke memberlakukan perubahan aturan yang menetapkan semua klub di Premier League harus memasukkan jumlah minimum pemain lokal ke dalam skuad mereka.
Alhasil menurut data The Athletic, sejak 2015 hingga musim lalu, jumlah pemain asli Inggris yang ada di skuad tim-tim Premier League meningkat 41%.
Namun di musim ini ternyata terjadi dampak penurunan yang signifikan. Hal itu terbukti dari data yang menunjukkan hanya sekitar 35% pemain asli Inggris yang menghuni tim Premier League.
Salah satu penyebabnya yakni adanya kebijakan gempuran para pemain asing dari tim-tim Premier League yang makin kaya. Kebijakan ketat “Brexit” di bursa transfer Inggris yang menetapkan pembatasan izin kerja dari para pemain asing, tampaknya tak berfungsi membendung eksodus para pemain asing dengan harga mahal.
Tak dipungkiri para klub Premier League kini berlomba-lomba sebanyak mungkin memenuhi kedalaman skuadnya dengan para pemain asing, baik itu pemain muda maupun tua.
Bahkan sejak 2017/18, tercatat pemain asli Inggrisnya sendiri malah memilih keluar dari Liga Inggris. Di musim ini saja ada 30 orang Inggris yang tersebar di luar Premier League. Contohnya di Serie A ada Tammy Abraham, Chris Smalling, maupun Fikayo Tomori. Di Ligue 1 juga ada Ross Barkley, Florian Balogun, maupun Djed Spence.
Sebagai catatan saja, meskipun banyak pemain asing di Premier League, ternyata liga ini bukan yang paling beragam. Premier League hanya punya pemain dari 68 negara yang tersebar di 20 klub Premier League musim ini.
Dan yang paling unik perkembangannya adalah peningkatan pemain asal Brazil. Hal ini cukup signifikan karena sekarang Premier League memiliki 36 pemain negeri Samba. Ini adalah jumlah tertinggi dalam sejarah Premier League.
Serie A justru menjadi liga paling beragam dibanding Inggris. Tercatat musim ini ada pemain dari 72 negara berbeda di klub Serie A. Sama halnya seperti Liga Inggris, Serie A juga mengalami penurunan signifikan dari jumlah pemain lokalnya.
Hanya 40% musim ini pemain asli Italia yang berada di klub Serie A. Ini adalah angka terendah dalam satu dekade terakhir. Presiden Federasi Sepak Bola Italia, Gabriele Gravina serius menyoroti fakta itu. Ia bahkan khawatir akan hal itu.
“Musim ini tidak positif, kami hampir tidak banyak melihat para pemuda Italia,” kata Gravina di awal musim. Ia menyadari bahwa 60 persen pemainnya kini adalah orang asing. Dan ini menurutnya bukan pertanda baik.
Menurut Gravina, hal inilah juga yang akan merusak regenerasi timnas Italia yang sedang dijalankan ini. Meskipun dirinya tetap berterima kasih terhadap klub Italia yang masih mengorbitkan dan merawat talenta lokal dengan baik.
Lalu negara mana yang mendominasi selama ini di Serie A? Ya, salah satunya yang terbesar yakni negara-negara Amerika Selatan macam Brasil dan Argentina. Dua negara itu telah menjadi bagian tak terelakan dari kemajuan sepakbola Italia selama bertahun-tahun. Bahkan musim ini saja, tercatat pemain dari dua negara itu memiliki menit bermain lebih dari pada pemain asli Italia di Serie A.
Selain negara Amerika Selatan, negara-negara Balkan seperti Serbia, Kroasia, Bosnia maupun Albania juga sering mewarnai Serie A selama satu dekade terakhir. Berkaca dari kesuksesan pemain macam Goran Pandev, Kolarov, Mihajlovic, maupun Stankovic, kini pemain macam Vlahovic, Dzeko, Brozovic maupun Milinkovic-Savic juga telah mewarnai Serie A selama beberapa tahun terakhir. Hampir 10 persen jumlah pemain dari negeri Balkan bermain di Serie A musim ini.
Beralih ke La Liga. La Liga dalam satu dekade terakhir ini patut membanggakan diri karena masih setia dengan mayoritas talenta lokalnya di beberapa klub La Liga. Bahkan angkanya selalu tertinggi dari liga-liga top Eropa lainnya. Angkanya selalu lebih dari 50 persen di tiap musimnya.
Hal itu tercermin dari beberapa akademi klub besar di La Liga seperti La Fabrica maupun La Masia yang selalu menghasilkan pemain hebat asal Spanyol. Bahkan mereka mampu dirawat hingga menjadi tulang punggung tim selama bertahun-tahun.
Selain dari talenta lokal, yang paling tertinggi di La Liga dalam satu dekade terakhir adalah pemain dari Amerika Selatan. Terkhusus Argentina dan Brazil yang selalu mendominasi.
Talenta-talenta bintang Amerika Selatan itu juga tak dipungkiri selalu menjadi ikon La Liga. Mulai dari Alfredo Di Stefano, Romario, Maradona, Rivaldo, Ronaldo Nazario, Ronaldinho, Neymar, hingga Messi.
Beralih ke Bundesliga. Sama halnya dengan Spanyol, para pemain asli Jerman tersebar di beberapa klub Bundesliga. Meskipun dari segi jumlah, masih kalah dengan apa yang terjadi di La Liga. Di Bundesliga hanya stabil di angka 45 persen ke atas dalam satu dekade terakhir.
Artinya banyak juga talenta asing yang tersebar. Tiga negara di luar Jerman yang mendominasi Bundesliga saat ini yakni Prancis, Austria, dan Swiss. Dan yang patut diperhatikan perkembangannya yakni para pemain dari Prancis. Jumlahnya tercatat melonjak drastis musim ini.
Sebagai perbandingan, jika ditarik dari satu dekade lalu tepatnya di musim 2012/13, di Bundesliga hanya ada tiga pemain Prancis: Franck Ribery (Munchen), Matthieu Delpierre (Stuttgart), dan Jonathan Schmid (Freiburg).
Namun jika dilihat di musim ini, jumlah pemain Prancis yang berada di Bundesliga menjadi sebanyak 42 pemain. Bahkan para pemain Prancis itu menjadi pilar penting bagi klubnya. Seperti Randal Kolo Muani, Marcus Thuram, Christopher Nkunku maupun para pemain Munchen seperti Lucas Hernandez, Upamecano, Kingsley Coman, maupun Benjamin Pavard.
Di Ligue 1 juga sama halnya dengan Bundesliga. Konsisten berada di angka yang stabil dari segi pertumbuhan talenta lokal yang tersebar di Liga domestik mereka. Angkanya selalu di atas 45% tiap musimnya.
Bedanya dengan liga lain, sisa persentase pemain lokalnya itu diisi sebagian besar dari talenta benua Afrika. Sangat banyak tersebar pemain dari negara Afrika di Ligue 1. Hal itu terkait dari ikatan sejarah kolonial mereka. Kesamaan bahasa dan budaya dari berbagai negara di Afrika macam Senegal, Kamerun, Mali, maupun Pantai Gading membuat mereka lebih nyaman bermain di Ligue 1.
Tak jarang juga para pemain dari Afrika Utara seperti Maroko maupun Aljazair banyak yang nyaman merumput di Ligue 1. Oleh sebab itulah banyak legenda-legenda Afrika lahir dari Ligue 1. Seperti George Weah (Monaco), Jay-Jay Okocha (PSG) maupun Didier Drogba (Marseille).
Sumber Referensi : theathletic, transfermarkt, fbref, forzaitalia, footballtransfers
© 2024 Nordeus Limited. “Top Eleven” and the Top Eleven logo are trademarks of Nordeus Limited. Nordeus Limited is a Take-Two Interactive Software group company. All rights reserved. The Top Eleven store is operated by Xsolla. Offers valid in-game in Top Eleven: Be a Football Manager only. Offer availability, pricing, and game formats may vary by region. Pricing may vary by format, platform, region, and based on previous purchase activity.
Top Eleven 2025 - Be A Football Manager is LIVE and more exciting than ever, with bigger football, action and tactics ready to bring you straight onto the touchline!The latest version of the hit free football manager game delivers huge additions to 3D live matches. From replays and highlights to animations and cut-scenes, in Top Eleven 2025, the experience managing your ultimate football team is going to new heights! On top of incredible 3D match updates, Top Eleven 2025 includes all new formats for the game’s most prestigious competitions. New phases including Leagues and Play-Offs means battling it out against top clubs vying for glory and history with the Ultimate Cup. With Top Eleven 2025, it’s easy to get going in free football manager games:QUICK START AS A FOOTBALL MANAGER-Jump into real-time Auctions and compete to sign the best footballers for your top 11.-Build out your own 3D football stadium and play football that the fans will love!-Develop a future soccer superstar or football superstar in your Youth Academy.-Name your club and watch the fame spread - Sports FC, Football Club Your Name - the possibilities are endless.-Collect and choose from a huge number of jerseys and emblems to make your football tactics pop even more.DOMINATE AND SCORE EVERY SEASON!-Participate in up to 3 competitions during every 28-day season and see how many trophies you can bring home!-Unlock points and put them towards great boosts and rewards on the Special Sponsor Battle Pass!-Keep an eye out for fun and exciting free 3D mini-games and live events that come with every season, each promising great rewards and opportunities!When you’re ready to take your manager game to the next level: PROVE YOURSELF ON THE GLOBAL STAGE!-Set up your own League with your friends, roommates, family or coworkers to see who has the ultimate team.-Join an Association and compete in clan tournament play every weekend for top rewards. -Chat with your teammates and get your strategies ready as you make a push for the Top 100!Think you have what it takes to be the world’s best football manager? Prove it now in Top Eleven - now with 3D football matches to enjoy in real-time!Top Eleven is FREE to download and includes optional in-game purchases (including random items). If you wish to disable in-game purchases, please turn off the in-app purchases in your phone or tablet’s Settings.- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -Terms of service: https://nordeus.com/terms-of-service/Join the global Top Eleven Community on Facebook, Instagram, YouTube, TikTok and TwitterTop Eleven - Be a Football Manager 2025 is available in 31 languages
Football management is all about love and passion for football. But to become really successful, you also need to know your team, think a lot and outsmart your competitors.
Ibarat setelah makan di resto elit nan mewah, setelah itu tahu harganya sangat mahal, biasanya terbesit pikiran “kalau tau harganya mahal begini, tadinya makan di warteg saja bisa dapat 3 kali makan”. Seperti itulah umumnya restoran elit ketika mereka membandrol sajiannya dengan tawaran-tawaran menggiurkan.
Hal itulah yang persis menggambarkan harga para pemain Inggris sekarang ini di bursa transfer. Ibarat makanan mahal ala resto elit, walaupun rasanya mungkin sebelas dua belas sama warteg. Harga para pemain Inggris sekarang ini telah berubah.
Trennya menjadi mahal di bursa transfer. Lantas apa penyebabnya? Jawabannya sama seperti kenapa restoran elit itu harganya mahal. Ada beberapa faktor daya tarik yang menyertainya.
Faktor yang pertama terlihat jelas adalah media. Bagaimana seringnya pundit dan media-media Inggris terlalu menggembar-gemborkan para pemain Inggris. Kadang terkesan lebay dengan istilah “the next”. Seperti Andy Carroll ketika moncer di Newcastle, langsung dibilang “the next Alan Shearer”. Kemudian juga beberapa pemain yang secara performa dilebih-lebihkan seperti dulu ada Jack Wilshere, Danny Welbeck, dan masih banyak lagi. Dan lihat, mereka kini nasibnya kini seperti apa.
Akhir-akhir ini banyak ditemukan contoh kasus serupa seperti harga Jack Grealish yang ditebus dengan harga 100 juta pounds (Rp1,7 tirliun), kini di City mainnya seperti apa? Kemudian harga Sterling ketika dibeli City maupun kini dibeli Chelsea, harganya pun masih tergolong tinggi.
Belum lagi kapten abadi dunia akhirat Harry Maguire, Sancho, maupun Wan Bissaka ketika ditebus MU. Ramsdale dan Ben White yang ditebus Arsenal dari tim medioker dengan harga cenderung mahal. Ada juga Declan Rice yang dibandrol hingga 150 juta pounds (Rp2,6 triliun) meski sepi peminat. Memang sudah gila harga pasaran para pemain Inggris ini sekarang.
Memang, tak dipungkiri kualitas para pemain itu secara performa tak terlalu buruk-buruk amat. Bahkan dalam tim sebelumnya mampu berpengaruh besar. Dan tak jarang juga para pemain Inggris itu menjadi tulang punggung di klubnya. Namun tetap saja, mereka belum berada pada level untuk dihargai dengan nilai yang begitu tinggi.
Hal ini kadang berdampak pada pemain yang hanya “one season wonder” artinya hanya bermain bagus pada kurun waktu tertentu yang seketika menjadi buah bibir. Namun setelah itu tak tau kelanjutannya seperti apa.
Tentu faktor media bukan segalanya untuk mempengaruhi para pemain Inggris berharga mahal. Faktor lain yang menyertai ialah kebutuhan para klub-klub Inggris akan pemain berstatus “Homegrown Player”. Pemain yang masuk kriteria “Homegrown Player” adalah pemain berkebangsaan mana pun, tidak harus Inggris dan telah berada di klub yang terafiliasi dengan asosiasi sepakbola Britania Raya selama tiga tahun sebelum umur 21 tahun.
Jumlah “Homegrown Players” yang harus didaftarkan klub Inggris berjumlah 8 pemain dari total 25 pemain yang didaftarkan klub ke liga. Jika hanya ada 5 pemain saja, maka klub itu hanya bisa mendaftarkan pemainnya dengan total 22 pemain saja.
Aturan tersebut yang menjadikan kebutuhan akan pemain asli Inggris pun meroket. Peraturan ini sebenarnya cukup baik untuk memberdayakan pemain Inggris asli akademi agar bisa berkembang dan ikut bersaing di ketatnya kompetisi. Namun permasalahan yang terjadi adalah, kuota yang harus diisi oleh masing-masing tim sebanyak delapan pemain itu bukan jumlah yang sedikit.
Maka dari itu, sering para klub mengakalinya dengan menggunakan para pemain muda asli binaan yang belum matang sebagai penghangat bangku cadangan saja. Kalau semisal butuh untuk starting eleven, mereka biasanya akan mencari pemain Inggris yang kemampuannya sudah matang. Dan masalahnya, pemain seperti itu pasti sudah dibandrol mahal oleh klubnya karena tau banyak yang membutuhkannya.
Contohnya tim dengan banyak pemain asing adalah Manchester City. Maka klub kaya raya asal Manchester itu akan melakukan apa saja untuk mendapatkan pemain asli Inggris demi memenuhi kuota “Homegrown Player”. Terbukti Manchester City rela menggelontorkan uang dengan nominal besar untuk mendatangkan pemain seperti Sterling, Stones, Walker, Grealish maupun kini Kalvin Phillips.
Sekarang Banyak Klub Inggris Yang Kaya
Selain itu, alasan lain mengapa pemain berpaspor Inggris harganya mahal yakni karena banyak klub-klub Liga Inggris sekarang memiliki kekayaan berlimpah berkat para investor asing. Klub-klub Inggris ini rata-rata lebih kaya daripada kesebelasan di liga lainnya. Karena popularitas yang luas, peringkat hak siar televisi, dan biaya pemasukan yang otomatis tinggi. Hal ini yang membuat kondisi finansial kesebelasan Inggris lebih kuat.
Semakin kuat kondisi finansial sebuah kesebelasan, akan membuat mereka tak segan mengucurkan lebih banyak uang. Misalnya saja, ketika kesebelasan seperti Chelsea atau Manchester City datang menanyakan harga pemain ke sebuah klub, hanya klub bodoh yang akan meminta sedikit uang pada mereka.
Artinya, jika ada klub yang memiliki pemain muda berbakat asal Inggris dan diincar oleh klub besar, pastinya mereka akan menaikkan harga seenak jidat. Sebab, klub tersebut tahu bahwa klub yang mengincar pemainnya tersebut sanggup memenuhi harga yang mereka inginkan.
Dari beberapa faktor itu semua intinya adalah, ketika faktor kekuatan media ditambah dengan faktor kebutuhan dan disempurnakan oleh faktor peraturan, maka nilai harga pemain Inggris yang sebenarnya tidak terlalu spesial bisa menjadi berubah di luar nalar. Dan tren itu sepertinya akan terus berlanjut.
https://youtu.be/Nkga_lOXn5M
Sumber Referensi : thethletic, sportskeeda, givemesport
Untuk menentukan pemain futsal terbaik juga di lihat dari cara bermain dan strategi bermain setiap individu. Atau yang menentukan pemain futsal terbaik dunia adalah sebuah media futsal bernama FutsalPlanet. Di penghujung tahun, Futsal Planet telah menentukan Top 10 Pemain futsal terbaik di dunia. Untuk lebih jelasnya simak informasi di bawah ini. Berikut ini 10 pemain futsal terbaik dunia :
Spanyol memang terkenal dengan negara yang memiliki permainan terbaik dalam futsal. Sergio adalah pemain futsal yang bermain di posisi sayap. Dengan dribble nya yang gesit mampu membawa Sergio menjadi pemain futsal terbaik. Gelar juara yang pernah di raih juga tidak kalah berkelas. Seperti 2 Copa de Espana, 3 Copa del Reys, 2 gelar liga, 2 UEFA Futsal Cup, dan masih banyak lagi.
Pemain futsal dunia terbaik selanjutnya kini berasal dari negara Brazil. Salah satu pemain terbaik yang berasa dari Brazil adalah Manuel Tobias. Tobias ini sering juga dibilang sebagai keturunan Falcao yang juga pemain futsal terbaik dari Brazil. Gelar juara yang pernah ia dapatkan juga tidak tanggung – tanggung. Gelar pemain terbaik yang telah ia dapat kurang lebih sudah 3 kali.
Ricardinho adalah pemain futsal terbaik dari negara Portugal. Ia terkenal dengan sebutan sebagai penyihir bola ketika bermain di lapangan futsal. Kemampuan mengolah dan mengotak – atik bola menjadikan dia masuk daftar top 10 pemain futsal dunia. Gesit, cerdik, dan cepat inilah yang membuat Ricardinho terkenal dengan sebutan penyihir. Sudah 3 kali mendapat gelar pemain terbaik dunia dan masih banyak lagi gelar yang sudah dia dapatkan.
Kike masuk daftar top 10 dikarenakan memiliki keunggulan dalam bertahan yang sangat kuat. Di dukung dengan tubuh kekar dan fisik yang baik, Kike mampu membawa nama baik Spanyol. Sehingga sampai sekarang Kike masih mendapat julukan pemain futsal terbaik di kancah dunia.
Pemain futsal dunia yang satu ini mungkin sudah kamu kenal karena gaya bermainnya yang apik. Sampai – sampai Falcao juga masuk ke dalam pemain futsal terbaik sepanjang masa. Ia pernah mendapatkan Golden Ball sebanyak 2 kali. Prestasi ini tentu sangat sulit untuk di raih. Di lihat dari asal negaranya Brazil, yang memang sudah menjadi tolak ukur yang tepat untuk mendidik para pemain futsal.
Mungkin kamu jarang mendengar namanya. Namun siapa sangka negara Kazahstan ternyata juga mampu menciptakan pemain futsal dunia terbaik. Terlebih lagi Taynan juga masuk ke dalam daftar top 10 futsal terbaik dunia. Pemain satu ini menjadi terbaik dikarenakan kemampuan bertahan yang di miliki. Taynan adalah pemain bertahan yang sangat handal dalam menahan serangan, baik serangan yang di lakukan musuh dari serangan atas ataupun serangan bawah.
Asia ternyata juga mampu membuktikan juga memiliki dan menciptakan pemain futsal terbaik dunia. Salah satu perwakilan dari Asia ialah berasal dari Iran yang bernama Ali Asghar Hassanzadeh. Di lihat dari cara bermain, pemain yang satu ini memang sangat pantas untuk di berikan gelar tersebut. Karena pemain futsal dunia terbaik seperti inilah yang perlu di contoh dengan kemampuan bermain di seluruh posisi. Selain itu ternyata Ali juga memiliki kekuatan serang yang tidak bisa ditandingi, sehingga bisa di katakan dalam setiap duel dengan musuh selalu menang.
Kaoru Morioka menjadi pemaiin futsal andalan dari Jepang. Ia sukses membawa timnas Jepang melaju jauh di turnamen futsal musim lalu. Meskipun Jepang dikalahkan oleh Iran, tak membuat namanya dilupakan. Justru ia disebut sebagai salah satu pemain futsal terbaik dunia.
Uzbekistan yang kita ketahui masih berdekatan dengan Iran juga memiliki pemain terbaik. Dalam AFC Futsal Championship kemarin, Uzbekistan berhasil mendapat juara ketiga. Ialah Davron Choriv yang berjasa membawa Uzbekistan juara 3. Pemain ini juga terkenal dengan sebutan sebagai pemain yang serba bisa. Davron memang salah satu pemain yang cukup berbeda dengan pemain futsal lainnya. Baik itu bermain dalam posisi bertahan, tengah, atau bahkan menyerang. Seorang pemain yang serba bisa. Beruntung Uzbekistan memilikinya.
Hossein Tayebi adalah pemain futsal terbaik dari Iran. Fisiknya yang kuat serta skill dribble nya yang lain dari pemain lainnya, membuat ia menjadi pemain futsal yang unik diantara pemain futsal top lainnya.
Dari Top 10 Pemain futsal terbaik di dunia di atas, siapakah pemain favorit kamu? Yuk tuliskan jawaban kamu di kolom komentar.
Dalam sebuah pertandingan sepak bola, gol bunuh diri menjadi salah satu momen yang paling merugikan. Tidak hanya ketinggalan skor, tetapi juga jadi titik perubahan permainan secara keseluruhan.
Contohnya, saat Portugal alami kekalahan 4-2 dari Jerman di Piala Eropa 2020, di mana dua gol disebabkan oleh gol bunuh diri. Dalam sejarahnya, beberapa pemain pernah melakukan gol bunuh diri berkali-kali, dan berikut ini 5 pemain top dengan jumlah gol bunuh diri terbanyak di Eropa.
Jamie Carragher adalah legenda Liverpool yang menghabiskan 17 tahun kariernya di Anfield. Prestasi terbaiknya tentu adalah ketika membawa Liverpool meraih gelar Liga Champions 2005, dan dia pun didapuk jadi pemain terbaik The Reds pada tahun tersebut. Meski demikian, dia memiliki catatan yang lebih menarik sepanjang kariernya di Premier League.
Carragher telah tampil dalam 508 pertandingan, tetapi lebih banyak melahirkan gol bunuh diri daripada gol ke gawang lawan. Dia mencetak 7 gol bunuh diri dan hanya mencetak 3 gol ke gawang lawan.
Veteran Italia Francesco Morini adalah salah satu bek yang paling ditakuti pada masanya di era 80-an. Dia memiliki karier yang cemerlang di Serie A, bermain untuk Sampdoria dan Juventus.
Namun, bek tengah itu juga memiliki catatan merah dengan mencetak 7 gol bunuh diri dari 380 penampilan. Menariknya, dia tidak pernah secara resmi mencetak gol untuk tim mana pun selama kariernya.
Namun, setelah karirnya yang sukses, Morini mengambil peran sebagai Direktur Olahraga di Juventus. Ketika masih menjadi pemain, dia sukses persembahkan 5 gelar Serie A bagi Juventus.
Baca Juga: Piala Eropa 2020 Pecahkan Rekor Gol Bunuh Diri
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Legenda Italia lain yang masuk dalam daftar ini adalah Franco Baresi. Bek legendaris itu menghabiskan 20 tahun kariernya di AC Milan setelah lulus dari akademi muda mereka. Sementara ia berhasil mencetak 16 gol untuk Rossoneri, ia juga mencetak 8 gol bunuh diri.
Baresi bagaimanapun, adalah salah satu bek terbaik dalam sejarah sepak bola Italia. Selain memenangkan Ballon d'Or pada tahun 1989, ia juga memenangkan setiap gelar yang mungkin untuk Milan selama waktunya. Di panggung internasional juga, Baresi membawa Italia menjadi juara Piala Dunia FIFA pada tahun 1982.
Bersama Baresi, mantan bintang Inter Milan, Riccardo Ferri, memegang rekor gol bunuh diri terbanyak dalam sejarah Serie A. Ferri adalah salah satu pemain penting Nerazzurri di tahun 1980-an.
Dia sukses persembahkan 1 Scudetto dan 2 Piala UEFA selama 13 tahun membela Nerazzurri. Ferri juga dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Inter pada tahun 1988. Dalam lebih dari 290 penampilan untuk klub, sang bek mencetak 8 gol dan 8 gol bunuh diri.
Richard Dunne merupakan veteran Premier League yang telah menjalani 400 lebih penampilan untuk beberapa tim seperti Everton, Queens Park Rangers dan Aston Villa. Namun, ketika membela Manchester City-lah namanya mulai sangat dikenal fans. Dia adalah Pemain Terbaik City selama empat tahun berturut-turut dari tahun 2005 hingga 2008.
Meski demikian, dia memiliki catatan rekor merah sepanjang kariernya di Premier League. Dia merupakan pemain dengan kartu merah terbanyak bersama bersama Patrick Vieira dan Duncan Ferguson sebanyak 8 kartu. Selain itu, bek tersebut mencetak 10 gol bunuh diri yang selama kariernya.
Sepak bola adalah olahraga yang penuh dengan drama. Hal inilah yang membuatnya semakin menarik di lapangan. Gol bunuh diri adalah salah satu drama yang kerap menjadi mimpi buruk bagi seorang pemain. Tidak hanya merubah permainan, tetapi menjatuhkan mental juga.
Baca Juga: Kisah Andres Escobar, Petaka Muncul Setelah Melakukan Gol Bunuh Diri!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
-- Kehadiran toko waralaba 7-Eleven pada 2009 sempat membuat ramai persaingan bisnis ritel di Indonesia.
asal Amerika Serikat itu masuk ke Indonesia menawarkan konsep bisnis ritel yang inovatif dan belum berkembang di Indonesia.
Namun, siapa sebenarnya pemilik lisensi 7-Eleven di Indonesia?
Izin 7-Eleven Indonesia saat ini bernaung di bawah PT Modern Sevel Indonesia yang merupakan entitas anak usaha dari PT Modern Internasional Tbk. Posisi Presiden Direktur Modern Internasional ini saat ini dipegang oleh Sungkono Honoris, seorang pengusaha kelahiran Makassar tahun 1951.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PT Modern Internasional Tbk pertama kali sendiri didirikan pada 12 Mei 1971, dengan nama awal PT Modern Photo Film Company dengan fokus bisnis bidang fotografi. Tahun 1988, perusahaan sempat mendirikan Fuji Image Plaza sebagai pemegang hak distribusi Fuji Film di Indonesia.
Pada 1991, perusahaan kemudian mulai melakukan Penawaran Umum Perdana Saham di pasar saham. Enam tahun berjalan sebagai perusahaan publik, Sungkono kembali mengubah nama perseroan menjadi PT Modern Photo Tbk pada 1997. Perusahaan juga berhasil mendapat lisensi sebagai distributor tunggal peralatan dokumentasi dan fotokopi asal Jepang, Ricoh.
Setelah 40 tahun menjadi distributor Fuji Film di Indonesia, pada tahun 2000 era digital mulai marak dan produk rol film mulai ditinggalkan oleh konsumen. Keluarga Honoris pun mulai memutar otak untuk mempertahankan bisnisnya agar tetap hidup.
Pendirian toko waralaba 7-Eleven di Indonesia pun akhirnya dianggap sebagai peluang emas bagi perusahaan tersebut.
Pada tahun 2007, Sungkono mengubah nama perseroan menjadi PT Modern Internasional Tbk. Ia kemudian pada 2008 berangkat ke kantor pusat 7-Eleven di Dallas, Texas Amerika Serikat untuk menandatangani perjanjian awal
Master Franchise gerai 7-Eleven.
Satu tahun kemudian, Modern Internasional mendirikan anak usaha yakni PT Modern Putra Indonesia dan menunjuk Henri Honoris sebagai Direktur Utama. Entitas bisnis ini secara resmi menggenggam hak pendirian 7-Eleven di Indonesia. Gerai 7-Eleven pertama di Indonesia pun resmi didirikan di Bulungan, Jakarta Selatan di bawah naungan lisensi anak usaha.
Foto: (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Di tangan Henri lah, Sungkono mempercayakan keberlangsungan bisnis waralaba yang terkenal dengan produk minuman Slurpee itu. Pria kelahiran Jakarta 42 tahun silam itu merupakan lulusan Busines Administration in Marketing and Finance di Universitas Seattle Amerika Serikat.
Ia mengawali karier dengan bekerja di Fuji Photo Film di New York, Amerika Serikat sebagai
(1998-2000). Kemudian ia melanjutkan karier sebagai assistant manager di PT Modern Indolab (2002-2003). Kariernya makin melejit ketika ia juga merangkap sebagai Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia yang saat ini telah bersulih nama menjadi PT Modern Sevel Indonesia (MSI)
Namun bisnis 7-Eleven di Indonesia harus berakhir pada akhir bulan ini. Sesuai pengumuman dari PT Modern Internasional Tbk, seluruh gerai 7-Eleven resmi ditutup pada akhir Juni kemarin.
Penutupan gerai disebut terpaksa dilakukan Modern Internasional antara lain karena gagalnya akuisisi 7-Eleven yang sebelumnya akan dilakukan PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI). Nilai akuisisi waralaba tersebut sebelumnya ditaksir mencapai Rp1 triliun.
Dalam laporan keuangan MSI, pada 2014 berhasil mengantongi penjualan sebesar Rp 971,8 miliar. Perseroan pun masih bisa mengantongi laba operasi sebesar Rp 83,8 miliar dan laba tahun berjalan sebesar Rp 5,18 miliar.
Namun pada 2015 penjualan MSI mulai menurun ke level Rp 886,15 miliar. Kala itu perseroan mengalami kerugian operasional Rp 49,58 miliar dan rugi tahun berjalan sebesar Rp 127,7 miliar.
Kinerja MSI semakin terpuruk pada 2016, tercatat penjualan semakin turun menjadi Rp 675,27 miliar. Rugi operasional juga semakin besar menjadi Rp 695,78 miliar dan rugi tahun berjalan meningkat ke level Rp 554,87 miliar.